Belajar Menjadi Trader (Saham)
- Sansa
- Jan 19, 2021
- 8 min read
Updated: Jan 25, 2021
Menurut BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2020 adalah tahun kebangkitan investor ritel di Indonesia . Investor ritel adalah investor perorangan/individu, salah satunya saya. Saya akan menyebut investor ritel ini sebagai trader, karena pada kenyataanya mereka (saya) trading bukan invest. Beberapa hari sebelum artikel ini ditulis ada “kehebohan” di market. Kenaikan harga saham farmasi yang sangat tinggi dan cepat membuat trader angkatan corona/coronial “ngiler” untuk membeli saham farmasi, dengan harapan akan meraih keuntungan yang besar. Bahkan ada yang memakai uang arisan atau uang panas lainnya. Mereka kini mengeluh di sosial media, karena beberapa saham farmasi turun serempak ke area ARB (Auto Reject Bawah) selama beberapa hari. Total kerugian jika dihitung berdasarkan batas ARB 7% mungkin ada di angka 7%-30% bahkan lebih, jika ada yang benar-benar beli di harga tertinggi. Saya turut bersedih atas kerugian yang dialami oleh para trader coronial ini. Jika dicari alasan kenapa trader coronial ini mengalami kerugian, mungkin jawaban nya adalah karena greed (serakah). Tapi saya tidak akan membahas tentang greed. Karena tidak ada yang lebih baik dalam mengajarkan greed selain market itu sendiri. Saya akan membahas mengenai langkah-langkah yang sedang saya pelajari jika ingin trading di market. Karena mencari uang itu harus ada usaha, bahkan jika anda memelihara tuyul pun harus tahu bagaimana cara merawatnya.
Karena artikel saya tentang trading maka saya akan sedikit membahas referensi yang saya dapatkan, yaitu grup telegram The Traders Group dan akun instagram (ig) ilmupraktis. Lalu apa saja yang sudah saya lakukan untuk belajar trading?
1. Belajar membaca Candlestick dan Chart Saham.
Akun ig ilmupraktis adalah akun ig yang pertama kali mengajak saya berdiskusi mengenai saham, mulai dari pembuatan rekening sekuritas, pemilihan saham pertama yang saya beli sampai praktik latihan mencari support dan resistance. Karena saat itu di circle saya tidak ada seorangpun yang terjun ke market. Saya banyak komen di beberapa akun instagram investasi atau saham, tapi tidak ada yang menjawab. Tiba-tiba admin ilmupraktis DM (diect message) ke saya untuk menjelaskan tentang hal yang saya tanyakan di kolom komentar akun lain. Sejak saat itu jika ada yang tidak saya mengerti saya selalu DM admin nya, dan Alhamdulillah selalu dijawab.
2. Belajar Teknikal Analisis
Saya selalu menonton video tentang saham, termasuk analisa teknikal, apakah saya langsung mengerti? Tentu saja tidak, tapi saya tetap menontonya terus secara berulang, dan dari sini lah muncul rasa penasaran tentang support dan resistance. Akhirnya saya baca buku pak Edianto Ong yang berjudul Technical Analysis for Mega Profit yang berisi tentang dasar-dasar ilmu teknikal. Sambil membaca buku saya juga masih menonton tentang analisa teknikal beberapa saham di youtube. Jika ada hal yang ingin saya tanyakan, saya akan DM admin ilmupraktis.
3. Bergabung dengan grup telegram The Traders Group.
Sebenarnya grup telegram yang saya ikuti bukan hanya the traders (TT). Tapi the traders adalah satu-satunya grup trading yang saya ikuti. Isinya bukan rekomendasi tanpa alasan atau pompom, tapi hasil analisa mikro/makro ekonomi dan tentu analisa teknikal. Saat saya join grup saya sama sekali tidak mengerti tentang pembahasan chart. Setiap ada member yang bertanya kalau dia nyangkut dia harus bagaimana? Jawaban dari senior disana selalu sama, yaitu “trading plan nya dulu gimana?” Dari grup ini saya belajar bahwa saya harus mempelajari beberapa hal jika tidak ingin pensiun dini di market, yaitu :
a. Menentukan risk dan reward
Hal yang selalu diingatkan oleh pak dhe lurah Hendro Masori adalah manage risiko terlebih dahulu sebelum mencari reward. Beliau selalu mengutip perkataan dari Mark Minervini,
Good traders manage the downside, they don’t care about the upside.
Harga saham TIDAK SELALU NAIK, maka kita harus menentukan berapa risiko yang siap kita tanggung. Harga saham dipengaruhi oleh supply dan demand maka harga saham akan bergerak naik dan turun. Risiko adalah kerugian yang siap kita tanggung jika market berbalik arah turun. Saya akan memberikan contoh dalam bentuk chart pada saham KAEF (Kimia Farma). Mudah-mudahan chartnya benar, hehe…

Saya melukis chart daily KAEF untuk mencari titik support sebagai lantai atau risk dan mencari reward dengan bantuan fibonacci extension (maaf kalau chart kurang presisi, masih belajar). Jika kita melihat chart KAEF monthly, maka kita dapat mengetahui bahwa KAEF sudah melewati level harga tertingginya semenjak melantai di bursa (All Time High/ATH) di 3725, maka area ini lah yang kemudian akan saya jadikan titik support atau risiko. Kemudian saya mencari area reward dengan bantuan fibonacci extension. Sebenarnya chart KAEF menunjukan bahwa harga saham ini sudah mencapai target di area Fibo 1.618, yaitu di harga 7400. Menurut pak guru Eko Bawono, jika harga saham sudah mencapai area fibo 1.618 maka dia sudah mencapai target, kalaupun mau melanjutkan kenaikan ke 10700 maka akan koreksi dulu. Jika saya membeli KAEF pada tanggal 12 januari di harga 7500, maka risikonya, saya harus siap kehilangan 7500 – 3725 = 3775, sedangkan reward yang bisa saya dapat adalah 10700 – 7500 = 3200. Artinya risiko lebih besar daripada reward. Pertanyaanya jika anda mengetahui risiko > reward apakah anda akan tetap memaksa membeli saham KAEF karena haqqul yaqin saham ini akan naik terus sampai jebol atap layar monitor laptop?Bagaimana jika saham KAEF malah turun ke angka 2700? Inilah yang selalu diingatkan oleh pak dhe, ketahui terlebih dahulu risikonya sebelum pencet buy suatu saham. Diluar boleh berisik tentang vaksin tapi Technical analysis can’t lie (Michael Yeoh/MY).
b. Cut Los bukanlah dosa besar
Di grup the traders atau grup lain selalu ada senior yang share floating loss mereka, ada juga yang loss diatas 20%. Pak dhe selalu mengatakan “ingat ya teman-teman kerugian besar selalu dimuali dari kerugian kecil” Selain itu koh Michael Yeoh (MY) bilang “Kalau kita ga mau cut loss, maka kita akan menunggu harga naik ke average kita (break even point/BEP) yang entah kapan akan terjadi. Akhirnya psikologis kita akan cenderung membuat kita menjual saham saat BEP. Jika sebelum BEP kita cut loss, dan beli saham lain yang risiko nya kecil, maka cuan kita akan lebih banyak dan waktu yang dibutukan mungkin lebih cepat daripada harus nunggu waktu BEP”
c. Money Management
Hal berikutnya yang saya pelajari adalah money management atau cara mengatur uang saat membeli saham. Sebenarnya tidak ada yang baku mengenai money management ini. Saat saya nonton video youtube, youtuber selalu bilang “atur money managementnya”. Saya cukup lama berpikir money management yang dimaksud itu bagaimana? Akhirnya saat koh MY membahas tentang cara take profit di akun ig nya, saya berkomentar “koh yang dimaksud money management gimana sih?masih belum ngerti” Koh MY pun menjawab “tonton video-video saya ya”. Akhirnya saya tonton ulang video-videonya koh MY di channel trading with Michael Yeoh yang untungnya baru sedikit, kebayang kan ngubeknya kalau udah banyak kaya sekarang, hehe..
Akhirnya setelah nonton video koh MY, baca-baca insight di grup tele, saya menggunakan rules money management sebagai berikut :
- Selalu sedia cash 50%. Sebenarnya tidak ada aturan khusus harus sedia cash berapa %, tergantung kenyamanan masing-masing trader dalam mengelola portofolio. Kenapa saya memilih cash 50%? Jika market crash sangat dalam seperti Maret 2021 maka saya akan melakukan avg down agar harga rata-rata saya turun, kemudian saya akan jual lagi sebagian saham tersebut jika dirasa sudah profit agar cash saya tetap terjaga.
- Jika ingin membeli saham, beli dengan cara dicicil, misal beli saat harga ada di garis ma 5 low sebanyak ½ bagian dari alokasi, lalu beli lagi saat harga naik ke garis ma 10 low sebanyak ½ nya
d. Membuat trading plan
Saat akan membeli saham, saya mulai belajar membuat trading plan. yaitu
- mementukan akan beli di harga berapa
- menentukan akan take profit di harga berapa
- Menentukan area cut loss, jika harga saham berbalik turun sejak pembelian yang pertama
e. Membuat jurnal trading
Jurnal trading berguna untuk melihat apakah portofolio trading kita lebih baik (outperform) dari sebelumnya atau malah lebih jelek (underperform) dari sebelumnya. Bisa juga kita membandingkan portofolio trading kita dengan performa IHSG. Jika performa portofolio kita tidak lebih baik dari sebelumnya, maka kita mengevaluasi sistem trading atau cara kita trading. Ini adalah jurnal trading yang saya gunakan.
f. Mau membaca tentang mikro dan makro ekonomi
Ternyata trading tidak hanya berbicara chart. Chart hanya berfungsi selayaknya GPS untuk menganalisa kemana harga akan bergerak. Agar tidak ketinggalan "pesta", trader juga perlu membaca tentang mikro dan makro ekonomi. Saya sudah bahas bahwa harga saham digerakkan oleh supply and demand dan teknikal analisis adalah alat analisa untuk mengetahui perilaku trader atau pelaku pasar modal. Contoh sederhana tentang SWF (Sovereign Wealth Fund). SWF ini adalah implikasi dari UU Omnibuslaw agar Indonesia mendapatkan investasi dari luar. Jika kita bisa membaca mikro ekonomi, kita akan tahu saham mana yang akan "diburu" oleh trader yang berkaitan dengan SWF sehingga akan meningkatkan demand. Jika demand tinggi maka harga saham akan naik. Salah satu contohnya PT. Waskita Karya,Tbk (WSKT). Jika kita bisa memanfaatkan momentum, maka kita akan membeli saham WSKT sejak harganya 750, saat UU Omnibuslaw mulai ricuh. Saat artikel ini ditulis, harga WSKT adalah 1935, sudah naik lebih dari 200%. Jangan sampai saat demand bergerak ke sektor konstuksi kita malah membeli saham di sektor consumer. Kecuali jika anda investor. Makro ekonomi di grup TT biasanya di bahas oleh koh Billy, dan mikro oleh koh Ahauw. Insight dari mereka sangat membuka wawasan saya. #salimonline.
g. Harus punya stock universe
Stock Universe adalah kumpulan saham-saham bagus dari sembilan sektor yang ada di bursa saham dan yang siap kita beli. Kenapa kita harus membuat stock universe? Melalui mikro/makro ekonomi kita bisa mengetahui sektor mana yang akan mempunyai demand tinggi, jika yang berkaitan dengan SWF tentu sektor konstruksi lah yang akan mempunyai demand tinggi. Emiten saham yang bergerak di sektor konstruksi sangat banyak. Tidak mungkin kita membeli semua sahamnya. Maka saat inilah stock universe digunakan. Kita akan memilih saham sektor konstruksi yang ada di stock universe yang sudah kita buat.
h. Mempunyai sistem trading
Sistem trading yang saya pahami adalah bagaimana cara kita membeli suatu saham. Biasanya sistem trading menggunakan beberapa indikator pada aplikasi trading seperti tradingview.com atau investing.com. Sistem trading yang masih saya pelajari saat ini adalah menggunakan BBMA (terimakasih Devi Saidulloh udah mau mengajarkan sistem ini, daripada ga punya, mending trial error yang ada. Mumpung ada mentornya, hehe..). Untuk menemukan sistem trading diperlukan trial and error sesering mungkin, sampai konsisten mendatangkan cuan.
Sistem trading digunakan saat kita sudah memilih melalui stock universe sektor mana yang akan kita amati. Saya akan menggunakan sentimen SWF lagi sebagai contoh.
Jika kita sudah mempunyai stock universe, maka kita tinggal memilih saham sektor konstruksi yang ada di stock universe kita, mana yang risiko nya lebih kecil dan rewardnya lebih besar dengan bantuan indikator tertentu pada sistem trading yang kita gunakan.
Jika kita mempunyai sistem trading, kita tidak akan mudah terjebak pada saham-saham pompom atau mengejar saham yang sudah naik tinggi (FOMO), sehingga bisa meminimalisir kerugian.
i. PSIKOLOGIS
Jika harga saham dipengaruhi oleh supply dan demand, maka perilaku trader dalam jual beli saham dipengaruhi oleh fear (ketakutan) dan greed (keserakahan). Takut akan kerugian atau ingin mengejar keuntungan kadang menimbulkan penyakit FOMO (Fear of Missing Out) atau istilah lainya takut ketinggalan kereta. FOMO adalah perilaku membeli saham yang sedang naik karena takut ketinggalan cuan jika tidak membelinya, tentu saja tanpa analisa apapun. Saya terkadang masih suka FOMO terhadap saham. Banyak sekali teori yang bilang beli saat merah jual saat ijo. Kenyataanya fear and greed membuat saya melakukan hal sebaliknya. Menjual saat merah karena takut lebih merah lagi dan membeli saat hijau karena takut ga kebagian cuan (FOMO). Hasilnya tentu lebih banyk ruginya. Setelah belajar tentang sistem trading, penyakit ini sudah jauh berkurang, Alhamdulillah. Karena sekarang jika ada stockpick, saya akan langsung memeriksa chartnya, apakah sesuai dengan sistem trading yang sedang saya pelajari atau tidak. Kalau tidak saya akan menjadikan stockpick tsb sebagai watchlist.
Inilah rangkuman hal yang saya pelajari untuk menjadi trader agar tidak pensiun dini di market. Karena yang penting bagi pelaku pasar modal, baik itu investor atau trader adalah mengamankan modal itu sendiri. Apakah saya sudah menguasai semuanya? Tentu saja belum. Harapan saya setidaknya artikel ini memberikan gambaran bagi trader pemula tentang apa saja yang saya rasa perlu dipelajari, minimal bagi circle saya yang sudah menjadi trader. Agar tidak ada newbie sangkuters yang kapok berkunjung ke market. Jika kita sudah bisa meminimalisir risiko maka cuan akan mengikuti (Pak dhe). So NO PAIN NO GAIN IS TRUE.
Apakah semua yang saya pelajari berguna untuk investor? Mungkin iya mungkin juga tidak. Tergantung dari gaya investasinya. Mungkin nanti akan saya buatkan artikel tentang belajar menjadi investor.
Kesimpulan nya Stock Pick boleh sama tapi hasilnya akan beda, tergantung pada psikologis, money management dan sistem trading. Salam cuan pol polan (slogan minjem dari pak dhe).
Comments